MAKALAH MIKROBIOLOGI DASAR
“MIKROBIOLOGI TANAH”
Disusun oleh :
1. Bagus Satryo ( J1A115047 )
2. Romadhona Ibnu ( J1A115050 )
3. Rindo Amnesta ( J1A115062 )
4. Malio Pannere N ( J1A115065 )
5. Restu Eko P ( J1A115071 )
Kelas : THP II B
Dosen Pengampu : Dr. Ir. Lavlinesia,. M.Si
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016
Latar Belakang Secara garis besar mikroorganisme memiliki habitat tersendiri sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme tersebut untuk mempertahankan sistem biologisnya atau di kenal dengan sistem biologi global. Sistem ini berada dalam lingkaran biosfer dan memiliki satu satuan ekologi yang saling berinteraksi antara mikroorganisme yang satu dengan yang lain yang dinamakan dengan interaksi ekosistem. Populasi mikroorganisme dalam ekosistem saling berinteraksi yang membantu memecahkan produk-produk organik yang komplek dalam bentuk sisa hewan, tumbuh-tumbuhan dan organik lain yang di istilahkan dengan organisme decomposer. Organisme atau mikroorganisme decomposer dapat hidup dan ditemukan pada berbagai tempat yaitu ada yang berdiam sementara ddisebut dengan transient dan ada pula yang hidup permanen dalam berbagai tingkat generasi walaupun dalam kondisi yang tidak menguntungkan dinamakan dengan indigenous. Kebanyakan mikroorganisme dapat hidup pada habitat-habitat yang menguntungkan baginya seperti hidup di tanah, air, udara, dan makanan. Mikroorganisme yang hidup pada tanah dapat ditemukan dalam dua bentuk yaitu ada yang pathogen ( berbahaya) pada manusia dan hewan dan apathogen (tidak berbahaya) (Waluyo, 2009). Baik secara langsung maupun tidak langsung, bahan buangan dan jasad dari manusia dan hewan, serta jaringan tumbuh-tumbuhan di buang atau di kubur dalam tanah. Setelah beberapa lama, bahan-bahan tersebut akan diuraikan menjadi komponen organik dan beberapa komponen anorganik tanah, penguraian tersebut dilakukan oleh mikroorganisme yaitu penguraian bahan organik menjadi substansi yang menyediakan nutrien bagi dunia tumbuhan. Tanpa aktifitas mikroorganisme tersebut segala ativitas di muka bumi ini lambat laun akan terhambat (Michael dan Chan, 1988).
TINJAUAN PUSTAKA Mikrobiologi tanah adalah bagian disiplin mikrobiologi yang mempelajari kehidupan, aktivitas, dan peranan mikroorganisme di dalam tanah. Tanah merupakan lingkungan kompleks yang ditempati mikroorganisme beraneka ragam. Ciri-ciri lingkungan tanah bervariasi menurut letak dan iklimnya. Tanah juga memiliki kedalaman, sifat-sifat fisik, komposisi kimiawi dan asal yang berbeda. Komposisi tanah terdiri dari materi nonorganik 45% ( Si, Al, Fe, Ca, Mg, K, Na, P, dan lain-lain), materi organik 5 % (karbohidrat, protein, lipid, dan lain-lain), air (25 %) dan udara (25 %). sementara organisme di tanah terdiri dari vertebrata, invertebrata,dan mikroorganisme (Waluyo, 2009). Golongan-golongan utama yang menyusun populasi mikroorganisme tanah terdiri atas prokariotik (bakteri dan actinomycetes, fungi, algae), mikrofauna (protozoa dan archezoa), mezofauna (nemathoda) makrofauna (semut, cacing tanah, dan lainnya), dan mikrobiota (mycoplasma, virus, viroid dan prion). Tetapi mikrobiologi tanah memfokuskan pada bakteri, jamur, dan virus yang terdapat pada tanah. Dipermukaan tanah terdapat mikroorganisme dalam jumlah dan variasi yang banyak. Hal tersebut karena permukaan tanah mengandung banyak sumber makanan dari tumbuhan dan hewan. Biota tanah membentuk sistem berdasarkan energi dan sumber yang dihasilkan dari proses dekomposisi tumbuhan dan hewan. Dekomposer primer tanah adalah bakteri dan jamur. Dekomposer mengurai, mendaur ulang energi, karbon, dan nutrisi dalam tumbuhan dan hewan mati menjadi bentuk yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. Karena itu, mikroorganisme memegang peran penting dalam proses kehidupan di bumi (Ahira, 2011). Tanah merupakan suatu campuran bahan-bahan organik yang padat, misalnya: batu-batuan , mineral, air ,uadara dan jsad hidup beserta produk dari haisil pembusukan. Tanah yang subur mengandung sejumlah binatang-binatang molai dari bentuk mikroskopis, nematoda, serangga, sampai hewan mamalia seperti tikus. tanah banyak mengandung bahan -bahan yang dibutuhkan oleh organisme, karena didalam tanah juga terkandung bahan organik, Didalam tanah juga terjadi interaksi antara tumbuhan dan mikroba yang dapat merugikan atau menguntungkan tumbuhan. Beberapa mikroorganisme tanah bersifat patogenik terhadap tumbuhan dan menyebabkan penyakit pada perakaran sehingga menjadi layu dan busuk. Banyak tumbuhan bersimbiosis dengan jamur bernama mikoriza. Mikoriza meningkatkan kemampuan tumbuhan untuk menyerap nutrisi dan air. Interaksi antara mikroorganisme tanah dan akar tumbuhan banyak dikaji dalam ilmu mikrobiologi tanah. Mikroorganisme tanah juga bermanfaat bagi kehidupan manusia. Salah satunya adalah bakteri actinomycetes yang menghasilkan antibiotik. Tanah adalah tempat hidup bakteri-bakteri penting. Mikroorganisme tanah dapat menguraikan zat beracun yang berasal dari polusi. Hal ini menjadi dasar bioremediasi, yaitu penggunaan mikroorganisme untuk mendetoksifikasi dan menguraikan zat berbahaya dalam lingkungan atau setruktur tanah. struktur tanah, kandungan gizi, ketersediaan hara, dan menahan kapasitas air semuanya dipengaruhi oleh, atau tergantung pada, mikroorganisme tanah. Semua mikroorganisme tersebut adalah biota tanah yang berfungsi di ekosistem bawah tanah di akar tumbuhan dan sampah sebagai sumber makanan.
Mikrobiologi tanah modern merupakan gabungan ilmu tanah, kimia, dan ekologi untuk memahami fungsi mikroorganisme dalam ekosistem tanah. Telah dijelaskan diatas bahwa mokroorganisma dapat memberi kesuburan tanah, dengan sejumlah cara yang antara lain adalah : 1. dengan pembuuskan bahan-bahan organic atau sisa-sisa jasad hidup yang mati sehingga terbentuk humus, 2. dengan membebaskan mineral-mineral terentu dari partikel-partikel tanah sehingga Dpat digunakan oleh tumbuhan untuk pertumbuhsnnya.. 3. dapat embebaskan sejumlah nutrient dalam bentuk mineral yang terikan dalam bentuk senyawa organic pada tanaman dan hewan yang mati. 4. Memgang peranan penting dalam transformasi senyawa nitrogen. Ekosistem Tanah Di permukaan tanah terdapat mikroorganisme dalam jumlah dan variasi yang banyak. Hal tersebut karena permukaan tanah mengandung banyak sumber makanan dari tumbuhan dan hewan. Biota tanah membentuk sistem berdasarkan energi dan nutrisi yang dihasilkan dari proses dekomposisi tumbuhan dan hewan. Dekomposer primer adalah bakteri dan jamur. Mikroorganisme seperti alga dan lumut kerak adalah koloni yang menghuni permukaan batu. Kolonisasi organisme ini merupakan proses awal pembentukan tanah yang diperlukan oleh tumbuhan tingkat tinggi melalui proses dekomposisi oleh decomposer.. Dekomposer mengurai, mendaur ulang energi, karbon, dan nutrisi dalam tumbuhan dan hewan mati menjadi bentuk yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. Oleh karena itu, mikroorganisme memegang peran penting dalam proses kehidupan di bumi. Perubahan bentuk elemen dalam proses dekomposisi dijabarkan pada siklus elemen. Jenis-Jenis Mikroorganisme Tanah 1. Bakteri Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri. Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas.. Bakteri dapat ditemukan di hampir semua tempat: di tanah, air, udara, dalam simbiosis dengan organisme lain maupun sebagai agen parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia. Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, tetapi ada bakteri tertentu yang dapat berdiameter hingga 700 μm, yaitu Thiomargarita. Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan). Beberapa jenis bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel. 2. Virus Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus bersifat parasit, hal tersebut disebabkan karena virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus akan diekspresikan menjadi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya. 3. Jamur Jamur atau cendawan adalah tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa. Hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada juga dengan cara generatif. Jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya untuk memperoleh makanannya. Setelah itu, menyimpannya dalam bentuk glikogen. Jamur merupakan konsumen, maka dari itu jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit. 4. Alga Alga (jamak Algae) adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki “organ” seperti yang dimiliki tumbuhan (akar, batang, daun, dan sebagainya). Karena itu, alga pernah digolongkan pula sebagai tumbuhan bertalus. Dalam taksonomi yang banyak didukung para pakar biologi, alga tidak lagi dimasukkan dalam satu kelompok divisi atau kelas tersendiri, namun dipisah-pisahkan sesuai dengan fakta-fakta yang bermunculan saat ini. Dengan demikian alga bukanlah satu kelompok takson tersendiri. 5. Protozoa Protozoa secara umum dapat dijelaskan bahwa protozoa adalah berasal dari bahasa Yunani, yaitu protos artinya pertama dan zoon artinya hewan. Jadi,Protozoa adalah hewan pertama. Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik. Kadang-kadang antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya. Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Mikroorganisme tanah ada yang menguntungkan ada yang merugikan. Contoh peran yang menguntungkan adalah dalam siklus biogeokimia. Sedangkan peran merugikan diantaranya sebagai patogen pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Peranan mikroorganisme tanah dalam proses biogeokimia diantaranya adalah dalam siklus karbon dan siklus nitrogen. Pada siklus karbon, mikroorganisme mengubah sisa-sisa jasad tumbuhan dan hewan menjadi karbondioksida dan bahan organik tanah yang disebut humus. Humus meningkatkan kapasitas tanah untuk menampung air, menyediakan nutrisi untuk tumbuhan dan mendukung pembentukan tanah. Pada siklus nitrogen terjadi beberapa reaksi/proses yaitu:1) amonifikasi, 2) nitrifikasi 3) denitrifikasi, 4) fiksasi nitrogen. Mikroorganisme yang berperan dalam proses fiksasi nitrogen seperti: Azotobacter, Beijerinckia, Clostridium, Klebsiella, Enterobacter, Bacillus, Rhodospirillum, Chlorobium, Cyanobacteria, populasi tertinggi ditemukan adalah Rhizobium sp (Brock dan Madiqan, 1991) Beberapa jamur yang biasa ditemukan pada tanah diantaranya adalah Penicillium sp., Trichoderma harzianum., Rhizopus sp., Humicola sp., Fusarium sp., Phytophthora infestans., dan Aspergillus sp. Jamur tanah merupakan salah satu mikroorganisme yyang paling banyak ditemui di tanah. Kebanyakan jamur pathogen terhadap tanaman (Purwantisari dan Rini, 2009). Spesies Aspergillus merupakan jamur yang umum ditemukan di tanah. Meskipun terdapat lebih dari 100 spesies, jenis yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia ialah Aspergillus flavus, Aspergillus niger, dan Aspergillus fumigatus yang semuanya menular dengan transmisi inhalasi. Umumnya Aspergillus akan menginfeksi paru-paru. Aspergillus dapat menyebabkan banyak penyakit pada manusia, bisa jadi akibat reaksi hipersensitivitas atau invasi langsung. Penyakit yang ditimbulkan diantaranya adalah aflatoxicosis, aspergillosis, dan aspergillosis.
Mikroorganisme Tanah Yang Pathogen Kebanyakan mikroorganisme disini bersifat apatogen bagi manusia. Beberapa mikroorganisme dapat bertahan melalui adanya ekskreta atau kadaver. Bakteri patogen yang terdapat di tanah antara lain: Clostridium tetani, Clostridium botulinum, Clostridium perfringens, dan Bacillus anthracis. 1. Clostridium tetani C. tetani termasuk dalam bakteri Gram positif, anaerob obligat, dapat membentuk spora, dan berbentuk drumstick. Spora yang dibentuk oleh C. tetani ini sangat resisten terhadap panas dan antiseptik. Ia dapat tahan walaupun telah di autoklaf (1210C, 10-15 menit) dan juga resisten terhadap fenol dan agen kimia lainnya. Bakteri C. tetani ini banyak ditemukan di tanah, kotoran manusia dan hewan peliharaan dan di daerah pertanian. Umumnya, spora bakteri ini terdistribusi pada tanah dan saluran penceranaan serta feses dari kuda, domba, anjing, kucing, tikus, babi, dan ayam. Ketika bakteri tersebut berada di dalam tubuh, ia akan menghasilkan neurotoksin (sejenis protein yang bertindak sebagai racun yang menyerang bagian sistem saraf). C. tetani menghasilkan dua buah eksotoksin, yaitu tetanolysin dan tetanospasmin. Fungsi dari tetanoysin tidak diketahui dengan pasti, namun juga dapat memengaruhi tetanus. Tetanospasmin merupakan toksin yang cukup kuat. Perkiraan dosis mematikan minimal dari kadar toksin (tenospamin) adalah 2,5 nanogram per kilogram berat badan manusia. 2. Clostridium botulinum C. botulinum ditemukan dimana-mana, dalam tanah, sedimen didasar laut, usus dan kotoran binatang. C. botulinum adalah bakteri anaerobik, Gram positif, membentuk spora, berbentuk batang dan relatif besar. Spora bakteri dapat terhirup atau termakan, atau dapat menginfeksi luka terbuka. Walaupun demikian bakteri dan sporanya tidak berbahaya. Gejala botulism disebabkan oleh toksin yang diproduksi oleh bakteri tersebut. Toksin botulism merupakan toksin yang berbahaya, dengan dosis mematikan 200-300 pg/kg, yang berarti bila melebihi 100 gram dapat membunuh setiap manusia didunia (Anonimus 2006a). Terdapat tujuh strain botulism, masing masing memproduksi protein yang berpotensi sebagai neurotoxin. Tipe A, B, E dan F menyebabkan botulism pada manusia. Tipe C-alpha menyebabkan botulism pada unggas domestik dan liar. Tipe C-beta dan D menyebabkan botulism pada ternak. Tipe ketujuh dari botulism, strain G, telah diisolasi dari contoh tanah, tetapi jarang dan belum menunjukkan hubungan yang menyebabkan botulism manusia atau binatang. Tipe A dan beberapa tipe B dan tipe F mendekomposisikan protein binatang dan menyebabkan bau dari makanan yang membusuk, dan daging busuk. Tipe E dan beberapa tipe B,C, D dan F tidak proteolytic (mereka tidak mencerna protein binatang). Ketika muncul, tipe botulism ini tidak dapat terdeteksi dengan bau yang kuat (Anonimus 2006b). Bakteri clostridium merupakan bakteri yang heat resistant dan dapat bertahan dari perebusan yang lama. Untuk menghancurkan spora yang ada, makanan harus dipanaskan hingga temperatur 120oC atau lebih, seperti dalam penggunaan pressure cooker. Racun yang diproduksi oleh bakteri dapat dihancurkan oleh panas. Untuk menghancurkan toxin yang bersumber dari makanan, makanan harus dipanaskan hingga 85ºC atau lebih selama lima menit, atau merebus sedikitnya selama 10 menit. Bakteri botulinum akan berbahaya bila aktif secara metabolisme dan memproduksi racun botulinus. Dalam keadaan spora, botulinum tidak berbahaya. Panas dapat memungkinkan spora aktif dan berkecambah dan panas juga dapat membunuh bakteri lain yang menjadi saingan dengan Clostridium Botulinum dalam mendapatkan host (Anonimus 2006a). Waktu inkubasi C. botulinum adalah 12 sampai 36 jam. Gejala klinis yang disebabkan intoksikasi diantaranya adalah gangguan pencernaan akut yang diikuti oleh pusing-pusing dan muntah-muntah, bisa juga diare, lelah, pening dan sakit kepala. Gejala lanjut konstipasi, kesulitan menelan dan berbicara, lidah bisa membengkak dan tertutup, beberapa otot lumpuh, dan kelumpuhan bisa menyebar kehati dan saluran pernafasan. Kematian bisa terjadi dalam waktu tiga sampai enam hari (Siagian 2002). Menurut Bayrak AO and Tilky HE (2006), gejala klinis akan muncul 2- 36 jam setelah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi C. Botulinum (Anonimus, 2011). 3. Clostridium perfringens C. perfringens secara luas dapat ditemukan dalam tanah dan merupakan flora normal dari saluran usus manusia dan hewan-hewan tertentu. Bakteri ini dapat tumbuh cepat pada makanan yang telah dimasak dan menghasilkan enterotoksin yang dapat mengakibatkan penyakit diare. Sayuran dan buah-buahan akan terkontaminasi sporanya melalui tanah. Makanan asal hewan (daging dan olahannya) akan terkontaminasi melalui proses pemotongan dengan spora dari lingkungan atau dari saluran usus hewan yang dipotong. Makanan-makanan kering sering menjadi sumber bakteri ini dan pembentuk spora lainnya. Ketahanan spora bakteri ini terhadap panas bervariasi di antara strain. Secara garis besar spora dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu spora yang tahan panas (90° Celsius selama 15 sampai 145 menit) dan spora yang tidak tahan panas (90° Celsius, 3 sampai 5 menit). Spora yang tahan panas secara umum membutuhkan heat shock 75-100 derajat Celsius selama 5 sampai 20 menit untuk proses germinasi (perubahan spora menjadi bentuk sel vegetatif). Keracunan makanan oleh C. perfringens hampir selalu melibatkan peningkatan temperatur dari makanan matang. Hal ini dapat dicegah dengan cara makanan matang segera dimakan setelah dimasak, atau segera disimpan dalam refrigerator bila tidak dimakan, dan dipanaskan kembali sebelum dikonsumsi untuk membunuh bakteri vegetatif. Klostridia menghasilkan sejumlah besar toksin dan enzim yang mengakibatkan penyebaran infeksi. Toksin alfa C. perfringens tipe A adalah suatu lesitinase, dan sifat letalnya sebanding dengan laju pemecahan lesitin menjadi fosforilkolin dan digliserida. Toksin teta mempunyai efek hemolitik dan nekrotik yang serupa tetapi bukan suatu lesitinase. DNase dan hialuronidase, suatu kolagenase yang mencernakan kolagen jaringan subkutan dan otot, dihasilkan juga. 4. Bacillus anthracis B. anthtracis merupakan bakteri berbentuk batang dengan ukuran 1 x 3-4 πm, dapat tersusun seperti bambu. Sporanya terletak di sentral dan gerak negatif. Pada kultur tampak koloni putih abu2, tepi seperti rambut, tidak ada hemolisis pada agar darah. Kuman anthrak bersifat zoonosis, biasanya menginfeksi ternak lembu, kambing, domba dan babi. Kuman dikeluarkan melalui feses, urin dan saliva binatang yang terinfeksi dan bertahan hidup di tanah dalam bentuk spora untuk waktu yang lama sekali yaitu sekitar 10 tahun. Pada manusia kuman anthrax dapat menyebabkan infeksi kulit, yang dapat berkembang menjadi toksemia. Biasanya terjadi pada peternak atau pekerja rumah pemotongan hewan. Infeksi paru-paru; wool sorters disease yang terjadi karena inhalasi spora dari bulu domba. Biasanya penyakit ini fatal. Selain itu B. anthtracis juga bisa menyebabkan infeksi selaput otak setelah bakteremia dan infeksi pada usus, khususnya infeksi pada usus halus yang disertai dengan gangren. Sebabnya adalah karena makan daging yang terinfeksi anthrax. Peranan Mikroorganisme tanah A . Siklus Karbon Pada siklus karbon, mikroorganisme mengubah sisa-sisa jasad tumbuhan dan hewan menjadi karbon dioksida dan bahan organik tanah yang disebut humus. Humus meningkatkan kapasitas tanah untuk menampung air, menyediakan nutrisi bagi tumbuhan, dan mendukung pembentukan tanah. Tahap pertama dalam siklus karbon (fotosintesis) CO bergabung didalm senyawa-senyawa organic oleh jasad fotoautrotrof seperti tumbuhan hijau, algae, dan bakteri. Tahap berikutnya pada siklus ini, kemoautotrof yang menggunakan senyawa-senyawa organic. Hewan-hewan memakan jasad fotoautotrof terutama tumbuhan hijau dan binatang lain, sehingga dengan peristiwa makan memakan inilah terjadi transfer karbon dioksida dari jasad yang satu ke jasad yang lain. B . Siklus Nitrogen Nitrogen merupakan salah satu unsure yang diperlukan oleh semua jasad hidup unutk sintesis. Mikroorganisme tanah berperan dalam siklus nitrogen. Atmosfer mengandung 80% nitrogen (N2), yaitu bentuk nitrogen yang hanya dapat digunakan oleh tumbuhan jika diubah dalam bentuk amonia (NH3). Perubahan bentuk menjadi amonia dilakukan oleh bakteri tanah melalui proses fiksasi N2 atau oleh manusia (dengan menggunakan pupuk). Hampir semua nitrogen yang terdapat dalam tanah berada dalam molekul-molekul organic, terutama dalam molekul-molekul protein. Yang terkandung dalam jasad hidup. Jika jasad hidup mati maka terjadi proses perombakan molekul protein menjadi asam-asam amino. Bakteri tanah juga terlibat dalam proses denitrifikasi yang mengembalikan oksigen ke atmosfer dengan mengubah NO3 menjadi N2 atau gas N2O. NO3 NO2 N2O N2 Contoh dari bakteri denitrifikasi antara lain Streptomyces dan Rizhobium C . Siklus Sulphur Mikroorganisme berperan penting dalam proses daur ulang sulfur, fosfor, besi, dan banyak mikronutrien lainnya. Sulphur merupakan nutrient tumbuhan yang penting dan dapat ditemukan dalam beberapa bentuk dialam misalnya: SO4, H2S. pengubahan sulphur dari sulphur oksidasi menjadi bentuk lain dialam, biasanya disebabkan olehn kegiatan mikroorganisme yaitu melalui proses reduksi sulfat dan oksidasi sulphur. D . Siklus Karbondioksida Karbon yang terdapat dalam senyawa organic berasal dari senyawa karbondioksida yang disintesis melalui proses fotosintesis. CO2 diatmosfer akan diambil oleh tumbuhan yang mempunyai klorofil dan bakteri kemosintetik untuk bahan mentah biosintetik sehingga terbentuk senyawa-senyawa organic
KESIMPULAN
Tanah merupakan lingkungan kompleks yang ditempati mikroorganisme beraneka ragam. Mikroorganisme tanah ada yang menguntungkan ada yang merugikan. Kebanyakan mikroorganisme disini bersifat apatogen bagi manusia. Beberapa mikroorganisme dapat bertahan melalui adanya ekskreta atau kadaver. Bakteri patogen yang terdapat di tanah antara lain: Clostridium tetani, Clostridium botulinum, Clostridium perfringens, dan bacillus anthracis.
DAFTAR KEPUSTAKAAN Ahira, A. 2011. Mikrobiologi Tanah. http://www. Anneahira.com/mikrobiologi-tanah.htm.. Barnett, H.L. dan B.B. Hunter. 1972. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. Burgess Publ. Co. Minneapolis
Bayrak AO and Tilky HE, 2006. Electrophysiologic Findings in a Case of Severe Botulism. Journal of Neurological Sciences (Turkish). Volume:23, Number 1, Page(s) 049-053. http://www.jns.dergisi.org/text. phps?id=66
Brock, TD dan MT. Madiqan. 1991. Biology of Microorganisms. Sixth ed. Prentice-HallInternational, Inc.
Michael J. Pelczar, jr., dan E. C. S. Chan. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta.
Purwantisari, S dan Rini, B. H. 2009. Uji Antagonisme Jamur Patogen Phytophthora infestans Penyebab Penyakit Busuk Daun dan Umbi Tanaman Kentang Dengan Menggunakan Trichoderma spp. Isolat Lokal. Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Undip.
Siagian A, 2002. Mikroba Patogen Pada Makanan dan Sumber Pencemarannya. http://www.beritaiptek.com.
Tortora Gerard J. et al. 1992. Microbiology an Introduction. Fourth Ed. The Benjamin Cummings Publishing Company, Inc.
Waluyo, L. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press.